Pak Amran: Musafir Cinta dan Pejuang Ekonomi Keluarga dari Pancing
Deli Serdang, MMTC – Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota dan derasnya arus modernisasi, kisah hidup Pak Amran (62), seorang pedagang keliling dari Jalan Pancing No. 78, menjadi oase yang menyentuh hati. Sejak tahun 1980-an, ia tak pernah lelah menyusuri jalanan, dari gang kecil hingga warung kopi, menawarkan dagangan sederhana berupa ikat pinggang dan dompet, demi menyambung hidup keluarganya tercinta.
Pak Amran bukanlah pedagang biasa. Ia adalah simbol ketangguhan, konsistensi, dan cinta yang tak tergoyahkan kepada keluarga. “Saya berjalan kaki sejak dulu, dari pagi hingga sore, membawa dagangan. Tidak mudah, tapi saya selalu yakin bahwa Allah melihat usaha ini,” ucap Pak Amran saat ditemui di kawasan Seulawah Café, MMTC Pancing.
Dihina, Ditolak, Tapi Tak Pernah Menyerah
Liku-liku hidup yang dijalani Pak Amran penuh dengan perjuangan. Ia kerap mengalami penolakan saat menawarkan barang dagangan, bahkan tak jarang diusir dari tempat-tempat umum. Namun, semua itu tak menyurutkan langkahnya.
“Banyak kali ditolak. Pernah saya masuk ke warung kopi, baru mau bicara sudah disuruh keluar. Tapi saya tidak marah, tidak sakit hati. Yang penting anak dan istri saya bisa makan. Itu lebih penting dari harga diri di mata manusia,” ujar Pak Amran dengan senyum sabar yang menghanyutkan.
Ia percaya bahwa dalam setiap langkahnya, ada hikmah. Baginya, rasa lelah bukan alasan untuk berhenti berjuang. Justru ia menegaskan, semangat dan doa adalah kunci utama dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Pertemuan Tak Terduga: Awal Kolaborasi Harapan
Takdir membawanya bertemu dengan Muhammad Mas’ud Silalahi, seorang anak muda pengasuh Rumah Qur’an di Kota Medan. Pertemuan yang tak disengaja ini menjadi titik balik dalam perjalanan dagang Pak Amran. Mas’ud, yang tersentuh dengan semangat hidup Pak Amran, kemudian menawarkan kerja sama: menjual parfum tanpa modal.
“Masya Allah, saya terharu. Anak muda itu tidak hanya bantu saya, tapi juga percaya sama saya. Saya hanya modal semangat, kepercayaan, dan doa,” tutur Pak Amran. Kini, selain menjajakan aksesoris, ia juga menjual parfum keliling sebagai tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Menurutnya, ini adalah bentuk rezeki yang datang dari arah yang tak disangka-sangka. "Saya bismillah saja. Semoga usaha baru ini bisa berkembang dan membawa kebaikan," katanya penuh harap.
Lebih dari Sekadar Berdagang
Pak Amran bukan hanya pejuang ekonomi keluarga, ia juga adalah “musafir cinta” – julukan yang ia sematkan sendiri sebagai bentuk kecintaan dan pengorbanannya untuk keluarga. Ia berjalan dari satu tempat ke tempat lain dengan satu niat mulia: memastikan keluarganya tidak kekurangan.
Kisah Pak Amran adalah gambaran nyata dari perjuangan di balik layar yang sering tak terlihat. Ia adalah pahlawan dalam diam, seorang pekerja keras yang menjadi inspirasi di tengah masyarakat yang semakin individualistis. Sosoknya membuktikan bahwa kejujuran, kesabaran, dan kerja keras masih menjadi nilai yang relevan dan mulia.
Penutup
Kisah Pak Amran seharusnya menjadi cermin bagi kita semua, bahwa kesuksesan tidak selalu datang dari gemerlapnya dunia, tetapi bisa lahir dari peluh, sabar, dan cinta. Dalam dirinya, kita belajar bahwa menjadi pejuang keluarga bukan hanya soal nafkah, tapi juga soal ketulusan dan ketabahan.
Semoga kisah Pak Amran menyentuh lebih banyak hati, menginspirasi generasi muda, dan menjadi pengingat bahwa setiap perjuangan yang dilakukan dengan niat baik tidak akan pernah sia-sia.
Untuk informasi lebih lanjut atau donasi usaha kecil menengah seperti Pak Amran, silakan hubungi tim redaksi atau komunitas peduli UMKM lokal.